Berhari-hari lamanya aku terpaku memandang pasif pada langit-langit di kamarku, termenung tanpa bergerak sejengkal pun. Hampa--mungkin itu adalah kata yang paling tepat untuk menjelaskan perasaanku saat itu, kekosongan yang tak kunjung enyah. Pada tengah malam sering kali aku terbangun dari mimpi buruk, berkeringat dingin dan berteriak histeris tanpa ada yang menenangkanku. Aku terisak-isak setengah sesak nafas dan demam hingga pagi menjelang dan tanpa tidur untuk satu hari.